![]() |
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian SYL) saat melakukan kunjungan ke salah satu lokasi pertanian di Almeria, Spanyol (24/9). (Sumber Foto: Kementan.) |
HARIAN
BERANTAS.CO - Almeria disebut sebagai negeri plastik putih, dimana terbentang
greenhouse seluas 32 ribu ha yang memanfaatkan lahan marginal kering.
Sebelumnya,
kawasan ini dikenal sebagai tanah tandus dan gurun dengan rata-rata curah hujan
tahunan sekitar 200 hingga 300 mm. Dimana masyarakat Almeria mayoritas
berprofesi sebagai penggembala kambing karena keterbatasan sumber daya alam.
Terdapat daerah sekitar pegunungan yang memiliki sumber air yang dulunya
dibudidayakan untuk anggur skala kecil.
Dalam
kunjungannya, Menteri Pertanian SYL mengungkapkan kekagumannya terhadap
restorasi pertanian yang dilakukan Pemerintah Spanyol 60 tahun lalu. Menteri
Pertanian SYL mengatakan pemerintah Spanyol mampu menyulap wilayah yang kering
dan tandus menjadi produsen hortikultura terbesar di Eropa.
“Ini luar
biasa, saya belum pernah melihat yang sebesar ini di mana pun, dimana lahan
kering disulap menjadi lahan produktif melalui teknologi greenhouse,” kata
Mentan SYL seperti yang diterima dari siaran pers Kementerian Pertanian pada
Jumat, (29/09/2023) siang tadi waktu indonesia bagian barat.
Ia berharap
greenhouse ini dapat direplikasi di Indonesia, khususnya di wilayah yang
memiliki karakteristik agroekosistem marginal yang sama.
“Indonesia
punya banyak lahan marginal kering, saya harap pengembangan greenhouse ini bisa
juga dilakukan di Indonesia dengan skala luas,” kata SYL.
Dalam
kesempatan yang sama, Walikota Almeria Francisco Gongora mengatakan nilai
ekspor hortikultura dari Almeria mencapai USD 5 miliar per tahun. Komoditas
ekspor dari daerah tersebut antara lain paprika, tomat, mentimun, melon,
semangka, dan lain-lain.
“Pada panen
raya, satu perusahaan eksportir timun bisa mengekspor 500 ton timun per hari ke
Uni Eropa,” jelas Wali Kota yang akrab disapa Paco itu.
Sementara itu,
Sekretaris Jenderal Pertanian Almeria, D. Jose Antonio Aliaga yang turut
mendampingi kunjungan Menteri Pertanian SYL menambahkan, mayoritas pengusaha
greenhouse adalah generasi kedua. Generasi pertama dimulai pada tahun 1960-an
ketika Raja Spanyol meminta agar bentangan lahan luas di Almeria digunakan
untuk budidaya sayuran.
“Kementerian
Pertanian Spanyol di tahun 1960, awalnya membuat percontohan greenhouse dengan luasan 10.000 m2 atau 1 hektar, dan
ternyata berhasil, lalu dikembangkan lagi secara bertahap sehingga saat ini
sudah mencapai 32 ribu hektar,” ungkapnya.
Lebih lanjut
ia menjelaskan, industri sayuran di daerahnya terus berkembang pesat.
“Seiring
berjalannya waktu industri sayuran disini terus berkembang pesat, bahkan saat
ini terdapat 42 eksportir besar sayuran di Almeria yang semuanya menggunakan
teknologi greenhouse,” tambah Antonio Aliaga.
Hamparan luas
negara plastik yang disebut “green house” atau screenhouse ini ditanami berbagai sayuran hortikultura
seperti mentimun, tomat, paprika, melon, semangka dan masih banyak lagi.
Mentan SYL dan
seluruh delegasi Kementan RI juga berkesempatan mengunjungi 2 gedung Green
House yang membudidayakan mentimun dan paprika, kemudian kerumah pembibitan dan
kantor perusahaan Agrolris yang menampung seluruh hasil pertanian dari 1500
Green House dengan luas kepemilikan 1-2 ha.
Pembangunan
Green House memang membutuhkan biaya yang tinggi, dengan nilai investasi yang
tinggi. Rata-rata bangunan gedung GH memiliki gscreenhouse dan dapat diganti
setiap 3-4 tahun. Namun di sisi lain, harga produk sayuran yang dihasilkan
sesuai dengan kualitas permintaan pasar. Tercatat berbagai komoditas
hortikultura yang diproduksi Green House di Spanyol, khususnya sayuran,
merupakan produk ekspor dan memenuhi 70% total ekspor ke UE.(*)