Iklan

Iklan

,

Iklan

Cilacap Siap Menjadi Penyangga Bawang Merah Ramah Lingkungan

Harian Berantas
Minggu, 10 September 2023, 13:00 WIB Last Updated 2023-10-27T11:17:16Z

Benih bawang merah TSS dengan trikokompos
Budidaya bawang merah dengan benih TSS ini lebih murah, lebih tahan OPT dan kualitas umbi yang dihasilkan sangat bagus. Sumber Foto: Kementan

HARIANBERANTAS.CO – JAKARTA - Bawang merah merupakan komoditas strategis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tidak dapat tersubstitusi dengan komoditas lain. Kebutuhannya sangat mempengaruhi inflasi dan perekonomian nasional.
 
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengatakan komoditas pangan nasional harus dijaga ketersediaannya sehingga perlu langkah nyata dan terobosan di lapangan.
 
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menjelaskan, ada tiga langkah strategis dalam kebijakan operasional hortikultura yang terdiri dari Pengembangan Desa Hortikultura, Pertumbuhan UMKM dan Modernisasi Pertanian.
 
“Kendala utama produksi bawang merah terfokus pada cuaca. Dimana produksi berkurang pada musim hujan yang menyebabkan harga tinggi dan berlebihan pada musim kemarau yang menyebabkan harga jatuh. “Petani enggan menanam di musim kering (kemarau-red), sehingga diharapkan petani dapat melakukan usahatani di musim kering dengan pola tanam off season luar,” ujarnya, Jumat (8/9).
 
Bawang merah, lanjut Prihasto, umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi untuk menanam bawang merah.
 
“Permasalahan metode budidaya bewang merah umbi adalah harga umbinya mahal, biaya transportasinya tinggi, dapat menularkan penyakit ke generasi berikutnya, dan umur simpannya yang pendek,” jelasnya.
 
Di tempat yang sama, Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra menjelaskan, budidaya tanaman yang sehat merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diterapkan di lapangan.
 
“Budidaya tanaman sehat merupakan metode budidaya yang diadopsi dari salah satu prinsip pengendalian hama terpadu, dimana dalam membudidayakan tanaman, memadukan semua teknologi budidaya yang berbasis ramah lingkungan sehingga menghasilkan tanaman yang sehat, lingkungan yang lestari dan produk yang aman untuk dikonsumsi,” kata Jekvy.
 
Dijelaskannya, pada tahun 2023 ini terdapat 120 kelompok yang melaksanakan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) yang tersebar di Wilayah Timur dan Barat. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang fokus membantu budidaya hortikultura ramah lingkungan.
 
Ketua Kelompok Tani Rejeki Lancar asal Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, Tasilan menjelaskan, kelompok taninya telah mengembangkan kampung bawang merah benih TSS dengan potensi luas sekitar 2 hektar.
 
“Varietas yang kami kembangkan adalah Maserati. Persemaian hama dilakukan selama 45 hari, melalui proses pembuatan guludan dengan cara mencangkul tanah dengan ketinggian 50 cm. Setelah itu diletakkan waring (jaring halus dari plastik) dan diatasnya ditambahkan tanah setinggi 20 cm dan abu sekam. Setelah itu dibuat garis lajur pada gludukan (pematang-red), kemudian ditaburkan benih bawang merah TSS lalu ditutup dengan trikokompos. Setelah 45 hari, benih kemudian tanaman dipindahkan ke gundukan baru. “Dengan sistem waring, proses pindah tanam (pencangkokan-red) benih bawang merah TSS lebih mudah dan akar tidak rusak sehingga tanaman tidak mudah stres setelah proses pindah tanam,” jelasnya.
 
Tasilan mengungkapkan, hasil budidaya benih bawang merah TSS Maserati memiliki penampakan umbi berwarna merah merona dan mengkilat.
 
“Produksi yang dihasilkan per hektarnya dapat mencapai lebih dari 15 ton. Kebutuhan benihnya sebanyak 4 kg per hektar, dengan harga Rp 4 juta per kilogramnya. “Budidaya bawang merah dengan benih TSS ini lebih murah, lebih tahan OPT dan kualitas umbi yang dihasilkan sangat bagus,” tutupnya.
 

Iklan