![]() |
Petani Cabai Makassar |
HARIANBERANTAS.CO
- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahan penyediaan
ketersediaan pangan jangan sampai bersoal dalam memenuhi kebutuhan 278 juta
jiwa penduduk Indonesia. Meskipun El Nino sudah di depan mata, namun langkah
konkret dan terukur terus diupayakan untuk memastikan pertanaman tetap
berproduksi dan tersedia dalan jumlah yang cukup.
Menindaklanjuti
hal tersebut, Direktur Jenderal Hotikultura, Prihasto Setyanto mengingatkan
kepada seluruh jajarannya untuk harus turun dan segera melakukan pendampingan
di lapangan.
"Kita
harus aktif dan memberikan pendampingan terkait dengan memastikan luas kondisi
existing pertamanan, serangan OPT dan dampak El Nino khusunya kekeringan agar
produktivitas tetap terjaga," ungkap Prihasto.
Direktur
Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra menjelaskan bahwa dalam rangka menjaga
produksi dan produktivitas komoditas hortikultura strategis, maka sebaiknya
budidaya yang dikembangkan adalah pendekatan budidaya ramah lingkungan.
"Saat
ini, Ditjen Hortikultura mendorong pengembangan Klinik PHT, yang diharapkan
nantinya akan menghasilkan produk Agen Pengendali Hayati (APH) seperti
Trichoderma, PGPR, Beauveria, Paenobacillus, dan lain lain," jelas Jekvy.
Jekvy
menambahkan, tanaman yang terkena serangan OPT awal di lapangan diharapkan
dapat menggunakan PGPR, Paeni Bacillus atau dapat menyiram cairan pemutih baju
pada pohon yang terkena serangan.
"Setelah
diberikan PGPR atau disiram cairan pemutih baju, tunggu selama 10 hari hingga
sudah kelihatan mati. Selanjutnya, digunting dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik. Cara ini merupakan langkah penanggulangan preventif secara ramah
lingkungan," terangnya.
Menurut
Ketua Kelompok Tani Mamampang sekaligus Ketua Gapoktan Sukamaju, Abdurahman,
kelompoknya telah mengembangkan aneka cabai di kampung ini seluas 20 ha.
"Varietas
yang dikembangkan adalah Castillo dan Varietas Dewata. Lokasi kampung
hortikultura ini tepatnya di Kelurahan Barombong, Kec Tamalate, Kota
Makassar," ungkapnya.
Abdurahman
menambahkan bahwa saat ini kondisi pertanaman sudah berumur 150 Hari dan sudah
dilaksanakan panen yang ketiga kali.
"Alhamdulillah
hasilnya lumayan dengan harga cabai keriting di kisaran 17-19 ribu rupiah
dengan rata rata produktivitas cabai mencapai
8-9 ton/ha. Kami suplai ke wilayah Makassar dan sekitarnya. Anggota
Kelompok kami fokus pada budidaya ramah lingkungan yang dimulai dari persemaian
dengan menggunakan media tanam kompos terfermentasi. Budidaya di lapangan kami tambahkan trichoderma dan PGPR. Pada lokasi
pertanaman kami juga gunakan likat kuning dan adanya tanaman pembatas jagung
serta penanaman refugia," terang Abdurahman.
Kordinator
Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam Ditjen Hortikultura, Agung Sunusi pada
saat ditemui di lapangan menyampaikan bahwa target pendampingan budidaya ramah
lingkungan dalam menghadapi El Nino adalah lokasi penyangga cabai dan bawang
merah nasional di 7 (tujuh) provinsi yaitu Jawa Timur m, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan NTB.
"Ke
depan budidaya ramah lingkungan menjadi target utama dalam menjaga ketersediaan
pangan khususnya hortikultura strategis," tutup Agung.(*)