![]() |
Menlu Rusia Sergei Lavrov. (Foto: REUTERS/KEVIN LAMARQUE). |
HARIANBERANTAS.CO
- Seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar hak veto Moskow di Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dicabut ditanggapi Menteri Luar
Negeri Rusia Sergey Lavrov. Sergey Lavrov menegaskan, hak veto Rusia merupakan
alat yang sah dalam hubungan internasional.
Melaporkan
dari AFP, Kamis (21/9/2023), Lavrov yang menghadiri forum Dewan Keamanan PBB
pada Rabu (20/9) setelah Zelensky meninggalkan ruangan, mencemooh gagasan
pencabutan hak veto Rusia dan menggambarkannya sebagai cara untuk mengontrol
kekuatan Barat.
“Penggunaan
veto adalah alat yang sah sebagaimana tercantum dalam Piagam (PBB) dengan
tujuan mencegah keputusan yang dapat menyebabkan perpecahan organisasi,” tegas
Lavrov dalam tanggapannya.
Dalam
pidatonya di hadapan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di
forum yang sama, Lavrov menuduh Barat memicu perselisihan internal di Ukraina
selama bertahun-tahun, mempersenjatai Kyiv dan mendorong negara itu ke arah
konflik militer melawan Rusia.
“Prinsip
non-intervensi dalam urusan dalam negeri telah diinjak-injak berkali-kali,”
kata Lavrov.
Lavrov juga
mengatakan Rusia terbuka untuk merundingkan jalan keluar dari krisis Ukraina
dan mengkritik Zelensky, yang berusaha merebut kembali wilayah Ukraina yang
diduduki Rusia, karena tidak mengadakan perundingan.
"Ketika
menyangkut perundingan, kami tidak menolak untuk melakukan perundingan. Tetapi
saya ingin mengingatkan Menteri Luar Negeri yang terhormat bahwa Presiden
Zelensky telah menandatangani dekrit yang melarang perundingan dengan
pemerintahan (Presiden Vladimir) Putin," sebutnya.
“Jika Amerika
Serikat sangat tertarik dengan hal ini, saya pikir tidak akan sulit untuk
memberikan perintah kepada Zelensky untuk mencabut dekrit (keputusan-red)
tersebut,” kata Lavrov saat berbicara dengan Blinken.
Lebih lanjut,
Lavrov menuduh penolakan negara-negara Barat untuk menjalin hubungan setara
dengan Rusia selama bertahun-tahun telah menyebabkan krisis yang terjadi di
Ukraina saat ini.
“Amerika
Serikat dan sekutunya tidak ingin melakukan dialog yang setara dengan siapa
pun. Negara-negara Barat pada tingkat genetik menolak segala bentuk kerja sama
yang setara,” ujarnya.
Lavrov dan
Blinken terakhir kali bertemu sebelum perang pecah di Ukraina, dan keduanya
menghindari pertemuan sejak invasi Rusia. Diperkirakan tidak akan ada
pembicaraan antara keduanya di sela-sela Sidang Umum PBB yang digelar di New
York pekan ini.***