Iklan

Iklan

,

Iklan

Kementan bersama IPB Pantau Kondisi OPT Bawang Merah ke Daerah Sentra

Harian Berantas
Rabu, 25 Oktober 2023, 07:21 WIB Last Updated 2023-10-26T17:53:42Z

Kementan bersama IPB Pantau Kondisi OPT Bawang Merah.

HARIANBERANTAS.CO - BREBES - Kondisi pertanaman bawang merah perlu terus diawasi dan diberikan pendampingan, salah satunya dengan melakukan pencegahan serangan hama tanaman (OPT) dan memberikan pengobatan segera terhadap tanaman yang terserang. Terutama di wilayah sentral yang menunjang kebutuhan bawang merah nasional, seperti Brebes dan Tegal.
 
“Saya meminta para pimpinan Eselon I dan II untuk menyusun Quick Win terkait Gernas El Nino dan langkah apa yang akan dikerjakan tiga bulan ke depannya. Pendampingan penanganan OPT di pertanaman bawang merah ini penting untuk mendukung Quick Win tersebut. Terlebih Brebes adalah sentra bawang merah nasional,” kata Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi.
 
Menindaklanjuti arahan Plt. Mentan, Tim Perlindungan dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, menggandeng dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) datang langsung melakukan survei OPT di sentra bawang merah di Brebes dan Tegal, pekan lalu.
 
Koordinator POPT Kabupaten Brebes Maryadi mengatakan, pada bulan Juli petani dan POPT menemukan thrips di 3 (tiga) desa, salah satunya di Desa Jagalempeni, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Namun saat itu jumlahnya belum banyak karena penanamannya masih sedikit. Serangan-serangan ini mulai muncul kembali pada bulan September.
 
“Memasuki musim tanam ketiga di bulan September dan tanaman berusia di atas 25 hari, muncul gejala serangan thrips lagi. Gejalanya ada guratan dipangkal daun dan kali ini populasinya cukup banyak. Kami meengupayakan berbagai alternatif penganganan,” jelas Maryadi.
 
Ketua Kelompok Tani Uman Jaya 1, Sultoni pun mengungkapkan, kebun bawang merah miliknya termasuk salah satu yang terdampak serangan hama OPT ini. Tanaman diserang mulai masa pemupukan kedua, antara usia tanaman 25-30 hari.
 
“Tanda-tandanya itu ada bopeng pada daunnya. Lalu mulai menguning dan lama-lama mengering. Serangan ini pastinya berpengaruh terhadap produktivitas. Biasanya dari lahan ini bisa menghasilkan 12-13 kuintal, sekarang hanya 9 kuintal,” kata Sultoni.
 
Senada, Koordinator POPT Bidang Sayuran dan Tanaman Obat Wita Khairia menjelaskan, dari hasil survei lapangan membenarkan adanya OPT berupa thrips ditemukan di pertanaman bawang merah.
 
“Dari hasil pengamatan hari ini tepatnya di Desa Jagalempeni dan Desa Kebogadung kami menemukan OPT thrips. Tanaman yang terserang bergejala daunnya pirang dan mengering. Langkah lebih lanjut kami akan membawa tanaman yang terserang untuk diteliti di laboratorium IPB untuk diidentifikasi dan akan mengadakan FGD bersama para ahli dari IPB untuk merumuskan penanganan dan antisipasi yang tepat,” jelas Wita.
 
Turut turun langsung ke lapangan, Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB Bonjok Istiaji mengatakan, pihaknya telah merespons laporan adanya penyakit pada tanaman bawang merah yang oleh petani disebut gurem (jamur-red). Selanjutnya sampel akan dibawa ke kampus untuk diteliti. Ia pun berharap pihaknya bisa segera merumuskan rekomendasi pengendalian dan pencegahannya.
 
“Kami disini untuk merespon laporan bahwa ada penyakit pada tanaman bawang merah yang oleh petani disebut sebagai gurem. Dari pengamatan hari ini kami menemukan thrips dan ada beberapa kemungkinan lain yang belum bisa dipastikan. Sampelnya akan kami bawa ke kampus untuk diteliti. Semoga bisa segera kami rumuskan rekomendasi pengendalian dan pencegahannya,” kata Bonjok.
 
Selain di Brebes, kondisi serupa juga terjadi di perkebunan bawang merah di Kabupaten Tegal, tepatnya di Desa Blubuk, Kecamatan Dukuhwaru. POPT Kabupaten Tegal, Saptono Teguh Widodo membenarkan adanya penyerangan OPT ini.
 
“Benar ada beberapa kasus tanaman bawang pada usia satu bulan ke atas itu terserang hama thrips. Sudah sejak bulan Agustus tahun ini. Tapi thrips kali ini agak berbeda, warnanya kuning. Semoga kehadiran para tenaga ahli dari IPB dan Ditjen Hortikultura ini bisa memberikan solusi penanganan dan pencegahannya,” kata Saptono.
 
Sekretaris Departemen Proteksi Tanaman IPB Dewi Sartiami menjelaskan, berdasarkan observasi di Desa Blubuk, daun tanaman bawang merah diusia 40 hari sudah benar-benar kering total sedangkan pada tanaman usia 20 hari ujung daunnya sudah terlihat mengering.
 
“Kami menemukan thrips dengan populasi yang cukup besar. Ada banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kondisi ini. Apakah itu virus, cendawan atau nematoda. Ini masih perlu kami teliti lebih lanjut di laboratorium kami,” jelas Dewi.
 
Dewi menambahkan, untuk survei kali ini, ia bersama tim yang berjumlah 6 orang dosen IPB membawa beberapa peralatan, antara lain drone biasa dan drone multispektra. Dengan adanya drone ini, ia ingin mencoba mengukur dan menganalisa untuk mengetahui tingkat kerusakan pada tanaman bawang merah.
 
“Dengan hasil gambar dari drone ini, kami juga dapat menganalisis landscape dari pertanaman di Brebes dan Tegal, karena bentuk landscape berperan dalam membantu penyebaran OPT,” pungkasnya.(rp).
 

Iklan