Iklan

Iklan

,

Iklan

Kementan Gandeng Asosiasi Petani Anggur Indonesia Kurangi Impor Produk Hortikultura

Harian Berantas
Kamis, 16 November 2023, 20:10 WIB Last Updated 2023-11-16T22:45:11Z

Kementan menargetkan penurunan impor anggur sebesar 20% pada tahun 2030. (Foto: Kementan).

HARIANBERANTAS.CO - Perkembangan pesat dari budidaya anggur di Indonesia menjadi sorotan utama, mendorong minat masyarakat perkotaan untuk terlibat dalam urban farming dan menanam anggur di pekarangan rumah mereka.
 
Sebagai buah subtropis yang populer, anggur tidak hanya disukai karena rasanya yang manis, tetapi juga sebagai elemen estetika yang mempercantik pekarangan rumah.
 
Melihat potensi yang luar biasa ini, Kementerian Pertanian bersama para petani anggur di seluruh Indonesia berupaya untuk meningkatkan produksi anggur dalam negeri.
 
Hal ini semakin penting mengingat defisit perdagangan buah pada tahun 2022 mencapai Rp 18,8 triliun, dengan impor anggur mencapai sekitar 40% atau setara dengan lebih dari Rp 5 triliun atau 101.899 ton anggur (BPS).
 
Untuk itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memberikan arahan untuk terus meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada komoditas hortikultura, dengan menerapkan smart farming system.
 
"Dengan teknologi modern, lahan yang sempit di perkotaan pun tidak menjadi hambatan untuk meningkatkan produksi anggur dan mengurangi ketergantungan impor," ujar Mentan Amran, melalui keterangan tertulis yang diterima harianberantas.co, Kamis (16/11/23).
 
Selain Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto juga menyampaikan komitmennya untuk mengurangi impor produk hortikultura, dalam hal ini anggur, melalui kerja sama dengan Asosiasi Petani Anggur Indonesia (ASPAI).
 
"Direktorat Jenderal Hortikultura bersama dengan Asosiasi Pengggiat Anggur Indonesia (ASPAI) menargetkan penurunan impor anggur sebesar 20% pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan berbagai kegiatan seperti Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Anggur Konsumsi Indonesia, melibatkan pihak-pihak terkait dari Thailand, Jepang, praktisi, dan peneliti," ujar Prihasto.
 
Dalam FGD tersebut, target produksi anggur Indonesia pada tahun 2029 adalah 21.168 ton, dengan harapan dapat mengurangi impor anggur sebesar 20% pada tahun 2030. Selain itu, dilakukan juga sosialisasi dan pelatihan bimbingan teknis bagi petani dan pelaku usaha anggur, serta pemberian bantuan berupa gerenhouse dan peralatan pendukung.
 
Baru-baru ini, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman meresmikan gerenhouse F3N Anggur di Cileunyi, Bandung pada awal November lalu. Liferdi berharap dengan tumbuhnya gerenhouse sebagai wujud dari program kampung buah, kebutuhan buah-buahan khususnya anggur dapat terpenuhi tanpa harus melalui impor.
 
"Pengembangan anggur ini diharapkan tidak hanya menjadi hobi, namun juga sumber pendapatan bagi masyarakat," harap Liferdi.
 
Diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir, produksi anggur Indonesia terus meningkat namun masih jauh dari kebutuhan konsumsi. Berdasarkan data BPS, produksi anggur Indonesia pada tahun 2022 hanya mencapai 13.515 ton.
 
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya serius untuk menjadikan pertanian anggur tidak hanya sebagai hobi, tetapi juga sebagai sumber pendapatan yang berkelanjutan, memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan impor.(*).
 

Iklan