Iklan

Iklan

,

Iklan

Kementan Terapkan Good Agricultural Practices pada Tanaman Hias Florikultura

Harian Berantas
Minggu, 19 November 2023, 20:25 WIB Last Updated 2023-11-19T13:29:59Z

Tanaman hias florikultura sebagai komoditas hortikultura unggulan mendapat dukungan melalui inovasi teknologi produksi rumah tanam Green House (GH) dan rumah naungan Shading House (SH). (Sumber Foto: Kementan)

HARIANBERANTAS.CO - Pengembangan produk hortikultura yang berkualitas dan berdaya saing menjadi fokus Kementerian Pertanian RI dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP). Dalam upaya tersebut, tanaman hias atau florikultura sebagai komoditas hortikultura unggulan mendapat dukungan melalui inovasi teknologi produksi rumah tanam Green House (GH) dan rumah naungan Shading House (SH).
 
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memperkenalkan konsep Kampung Flori yang bertujuan menjadikan kawasan florikultura terkonsentrasi dan berskala ekonomi.
 
“Kita fokus pada kampung flori yang sudah ada dan mengembangkan potensi kampung flori yang baru dengan dukungan inovasi teknologi GH dan SH untuk menghasilkan produk yang berkualitas,” kata Prihasto, dalam keterangan yang dirilis, Minggu (19/11/23).
 
Sarana budidaya florikultura Green House dan Shading House dalam satu kampung flori setara dengan bangunan seluas 200 m², sementara tanaman florikultura tanpa teknologi tersebut memiliki luas 5000 m². Sedangkan GH dan SH berfungsi sebagai struktur peneduh untuk menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman seperti krisan, anggrek, dan mawar yang sangat membutuhkan GH, sedangkan SH cocok untuk tanaman hias daun.
 
Sejak tahun 2021, Direktorat Jenderal Hortikultura telah membangun 181 kampung Flori di kawasan yang menjadi sentra produksi dan pengembangan tanaman hias. Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi Florikultura telah mengalokasikan 80 unit Green House dan 28 unit Shading House.
 
Dalam upaya memperluas sosialisasi informasi teknologi budidaya, produksi dan pasar, serta mensosialisasikan kampung Flori kepada masyarakat luas, diadakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai penyusunan katalog GH dan SH. FGD ini dibuka resmi oleh Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, di Jakarta pada akhir Oktober tahun lalu.
 
Liferdi mengatakan peran GH dan SH sangat penting untuk memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi.
 
“Katalog ini menggambarkan keberhasilan pembangunan GH dan SH yang merupakan fasilitasi bantuan APBN Ditjen Hortikultura TA 2021-2023 pada lokasi pengembangan kampung flori serta peluang terbentuknya jejaring kerja sama antara petani florikultura dengan pelaku usaha florikultura,” jelas Liferdi.
 
Narasumber dari Dinas Perkebunan dan Ketahanan Pangan TPH Kabupaten Cianjur, Yatti yang menerima bantuan GH sejak tahun 2018 menyampaikan apresiasinya.
 
“Sudah 5 tahun kami mendapatkan bantuan dengan luas 5.050 m² untuk 19 kelompok tani dan produksi krisan meningkat dari 66.560 ribu tangkai pada 2021 menjadi 119.550 ribu tangkai pada 2022,” kata Yatti.
 
Menurut Yatti, Kabupaten Cianjur sebagai sentra krisan merupakan contoh keberhasilan yang bernilai ekonomi tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Saat ini, kata Yatti, terdapat 705 petani krisan dengan luas lahan 1.195.423 m² dan jumlah unit GH mencapai 2.437 unit yang merupakan hasil swadaya masyarakat.
 
Sekadar informasi, pengembangan kampung Flori dengan teknologi GH dan SH diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi, kualitas dan daya saing florikultura Indonesia di pasar global. Dengan terus mendorong inovasi dan kolaborasi antara petani dan pelaku usaha florikultura, Kementerian Pertanian berkomitmen memajukan sektor hortikultura tanah air.(*).
 

Iklan