HARIANBERANTAS.CO - Pengembangan produk
hortikultura yang berkualitas dan berdaya saing menjadi fokus Kementerian
Pertanian RI dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP). Dalam upaya
tersebut, tanaman hias atau florikultura sebagai komoditas hortikultura
unggulan mendapat dukungan melalui inovasi teknologi produksi rumah tanam Green
House (GH) dan rumah naungan Shading House (SH).
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto
Setyanto memperkenalkan konsep Kampung Flori yang bertujuan menjadikan kawasan
florikultura terkonsentrasi dan berskala ekonomi.
“Kita fokus pada kampung flori yang sudah
ada dan mengembangkan potensi kampung flori yang baru dengan dukungan inovasi
teknologi GH dan SH untuk menghasilkan produk yang berkualitas,” kata Prihasto,
dalam keterangan yang dirilis, Minggu (19/11/23).
Sarana budidaya florikultura Green House
dan Shading House dalam satu kampung flori setara dengan bangunan seluas 200
m², sementara tanaman florikultura tanpa teknologi tersebut memiliki luas 5000
m². Sedangkan GH dan SH berfungsi sebagai struktur peneduh untuk menciptakan
kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman seperti krisan,
anggrek, dan mawar yang sangat membutuhkan GH, sedangkan SH cocok untuk tanaman
hias daun.
Sejak tahun 2021, Direktorat Jenderal
Hortikultura telah membangun 181 kampung Flori di kawasan yang menjadi sentra
produksi dan pengembangan tanaman hias. Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi
Florikultura telah mengalokasikan 80 unit Green House dan 28 unit Shading
House.
Dalam upaya memperluas sosialisasi
informasi teknologi budidaya, produksi dan pasar, serta mensosialisasikan
kampung Flori kepada masyarakat luas, diadakan Focus Group Discussion (FGD)
mengenai penyusunan katalog GH dan SH. FGD ini dibuka resmi oleh Direktur Buah
dan Florikultura, Liferdi Lukman, di Jakarta pada akhir Oktober tahun lalu.
Liferdi mengatakan peran GH dan SH sangat
penting untuk memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi.
“Katalog ini menggambarkan keberhasilan
pembangunan GH dan SH yang merupakan fasilitasi bantuan APBN Ditjen
Hortikultura TA 2021-2023 pada lokasi pengembangan kampung flori serta peluang
terbentuknya jejaring kerja sama antara petani florikultura dengan pelaku usaha
florikultura,” jelas Liferdi.
Narasumber dari Dinas Perkebunan dan
Ketahanan Pangan TPH Kabupaten Cianjur, Yatti yang menerima bantuan GH sejak
tahun 2018 menyampaikan apresiasinya.
“Sudah 5 tahun kami mendapatkan bantuan
dengan luas 5.050 m² untuk 19 kelompok tani dan produksi krisan meningkat dari
66.560 ribu tangkai pada 2021 menjadi 119.550 ribu tangkai pada 2022,” kata
Yatti.
Menurut Yatti, Kabupaten Cianjur sebagai
sentra krisan merupakan contoh keberhasilan yang bernilai ekonomi tinggi dan
berpotensi untuk dikembangkan. Saat ini, kata Yatti, terdapat 705 petani krisan
dengan luas lahan 1.195.423 m² dan jumlah unit GH mencapai 2.437 unit yang
merupakan hasil swadaya masyarakat.
Sekadar informasi, pengembangan kampung
Flori dengan teknologi GH dan SH diharapkan dapat memberikan dampak positif
terhadap peningkatan produksi, kualitas dan daya saing florikultura Indonesia
di pasar global. Dengan terus mendorong inovasi dan kolaborasi antara petani
dan pelaku usaha florikultura, Kementerian Pertanian berkomitmen memajukan
sektor hortikultura tanah air.(*).
Home
› Kementan
› Tanaman Hias Florikultura
› Terapkan Good Agricultural Practices
Kementan Terapkan Good Agricultural Practices pada Tanaman Hias Florikultura