Iklan

Iklan

,

Iklan

Prabowo Tanggapi Isu Politik Dinasti: Kalau kita jujur, Anda lihat semua partai, termasuk PDIP

Harian Berantas
Minggu, 05 November 2023, 22:35 WIB Last Updated 2023-11-05T15:44:33Z

Capres Prabowo dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka.

HARIANBERANTAS.CO - Sebelumnya, pada akhir Oktober lalu, Prabowo menyebut politik dinasti merupakan hal yang lumrah dan terjadi di sejumlah partai politik, termasuk PDIP. Pernyataan itu disampaikan Prabowo usai menghadiri deklarasi arahan koalisi Pilpres PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/23) lalu.
 
“Kalau kita jujur, Anda lihat semua partai, termasuk PDIP, ada dinasti politik dan itu tidak negatif,” kata Prabowo.
 
Hal ini disampaikan Prabowo Subianto menanggapi sorotan beberapa pihak karena dinilai melanggengkan dinasti politik Jokowi dengan menunjuk Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
 
Saat itu, Prabowo mengaku dirinya juga ikut bagian dalam politik dinasti karena merupakan anak dari Sumitro Djojohadikusumo dan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Meski demikian, Ketua Umum Partai Gerindra ini menegaskan, dinasti keluarganya ingin mengabdi pada rakyat dan negara Indonesia.
 
Sedangkan Sumitro Djojohadikusumo merupakan menteri pada masa Orde Baru, dan Raden Mas Margono Djojohadikusumo merupakan pendiri Bank BNI. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Aagung Sementara.
 
“Pengertian dinasti politik adalah keluarga yang patriotik, keluarga yang ingin berbakti pada negara dan bangsa, salahnya apa? Jangan dipolitisasi, ya kan,” kata Prabowo.
 
Sementara itu, isu politik dinasti masih terus diperbicangkan oleh sejumlah kalangan, termasuk Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, yang baru-baru ini menyinggung politik dinasti yang sedang ramai diperbincangkan jelang Pilpres 2024. Disebutkannya, Indonesia menganut sistem republik namun masih menggunakan sistem feodal.
 
Jimly bahkan mengaitkannya seperti bagian kerajaan tetapi perilakunya republik. Ia mengatakan Inggris itu kerajaan tapi perilaku politiknya republik, sedangkan Indonesia republik tapi perilakunya kerajaan.
 
Hal itu disampaikan Jimly di hadapan peserta silaturahmi Kerja Nasional (Silatnas) ICMI dan Menteri Pertahanan yang juga calon presiden, Prabowo Subianto di Makassar, Sulawesi, Sabtu (4/11).
 
“Itu Inggris bentuk kerajaan negaranya, tapi perilaku politiknya republik. Nah, saya bilang Kalian ini bagian dari kerajaan, tapi perilakunya republik, sehingga mudah bagi Anda berubah menjadi republik. Indonesia tidak begitu saya bilang, Indonesia itu republik, tapi kelakuannya kerajaan,” kata Jimly.
 
Menurutnya, sebagai seorang intelektual, harusnya melihat secara objektif sebagai sebuah fenomena.
 
“Itu menjelaskan semua partai mengalami pembiruan, bukan cuma satu, semuanya. Jadi kita tidak menyalahkan partai a, partai b, tidak bisa. Tapi kita harus melihat sebagai fenomenal yang harus dicarikan solusinya, jangka panjangnya. Bukan saling menyalahkan,” ujarnya.
 
"Ini semua feodal lalu ini bicara dinasti, nah ini dinasti semua. Tidak usah saya sebut partainya, kalian sudah paham," lanjutnya.
 
Jimly mengajak semua pihak harus mempunyai komitmen untuk membangun peradaban bangsa, melakukan modernisasi, termasuk modernisasi budaya politik. Ia menilai Ini adalah persoalan yang serius.
 
“Kalau budaya politik kita sudah dewasa, sudah modern. Contoh Obama kampanye untuk Hilary, kalah artinya presiden yang sudah menjabat tidak berpengaruh lag . Karena budaya feodanyal sudah tidak berpengaruh, yang kedua institusi politiknya sudah kuat. Nah, kita ini budaya politiknya masih feodal, institusinya masih lemah, masih bergantung figur, ini problem kita,” jelasnya.
 
Selain itu Jimly menilai permasalahan yang harus dibenahi adalah perbaikan kualitas instistusi berbangsa dan negara.
 
“Ini adalah konflik kepentingan instistusi ini menjadi sumber suburnya penyalahgunaan kekuasaan, yaitu korupsi. Jadi tantangan bagi kita memberi dukungan kepada capres sambil kita memberi masukan. Mudah-mudahan beliau-beliau ini ketika menjadi presiden, ini memikirkan kepentingan penataan kembali jangka panjang. Bukan saling berebutan untuk “menikmati, bukan berebutan sharing dengan tangan diatas. Mudah-mudahan tokoh seperti Pak Prabowo bukan untuk menikmati, tapi caring dan sharing,” tutupnya.(ris/rs).
 

Iklan